Memaknai Patriotisme Pahlawan Ekonomi
Foto oleh Tirachard Kumtanom dari Pexels
|
Oleh: Dedi Purwana
Bangsa yang besar adalah bangsa
yang menghargai jasa para pahlawannya. Setiap tanggal 10 November kita
selalu diajak merenung sejenak untuk
memaknai nilai-nilai kepahlawanan. Pada masa sekarang, sosok pahlawan tentu
tidak lagi digambarkan dengan memanggul senjata melawan penjajahan, akan tetapi
individu yang mampu berkontribusi lebih dalam pembangunan. Mereka bergerak
dalam bidang politik, hukum, sosial budaya bahkan ekonomi. Dalam bidang
pendidikan, ada sosok guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Demikian halnya
dalam bidang ekonomi, kita mengenal sosok pahlawan ekonomi meskipun tanpa tanda
jasa layaknya guru. Lalu siapa dan bagaimana kiprah mereka yang layak disebut
pahlawan ekonomi?
Pahlawan ekonomi adalah sosok
individu dan kelompok masyarakat yang memiliki kontribusi signifikan dalam
pembangunan ekonomi. Sosok mereka digambarkan sebagai pejuang pengentas
kemiskinan. Kita sadar bahwa tingginya angka kemiskinan merupakan persoalan bangsa ini.
Sayangnya, isu kemiskinan hanya dimanfaatkan sebagai komoditas politik yang selalu digunakan menjelang kampanye pemilu atau pilkada. Pengentasan
kemiskinan hanya jargon dan berakhir di ruang-ruang
diskusi ilmiah atau seminar, tanpa ada solusi atau obat ampuh atasi problem
ini. Disinilah kiprah pahlawan ekonomi diharapkan mampu mengatasi karut marutnya problematika kemiskinan di tanah air.
Kontribusi
Nyata
Pahlawan ekonomi identik dengan
wirausaha. Mereka memberdayakan ekonomi baik untuk dirinya maupun masyarakat.
Mereka lahir terdorong untuk memanfaatkan peluang, mencari terobosan, dan
menggali nilai tambah ekonomi. Mereka sadar masyarakat membutuhkan kiprahnya.
Jumlah mereka memang sedikit, hanya 1,65% dari total penduduk Indonesia. Pemerintah
menargetkan jumlah tersebut menjadi 2% pada tahun 2015. Jumlah ini tentu jauh
bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Namun, mereka inilah kelompok
“tangan di atas”, mau berbagi atas kesuksesan finansialnya kepada kelompok
“tangan di bawah”. Kelompok ini meski jumlahnya kecil tetapi berkontribusi
tidak kurang dari 70% terhadap perekonomian nasional.
Bonus demografi yang akan
dirasakan bangsa ini beberapa dekade mendatang memberikan peluang bertambahnya
kelas menengah di Indonesia. Besarnya jumlah penduduk usia produktif tentu berpotensi
meningkatkan pula jumlah wirausaha. Namun demikian, bangsa ini harus
mengantisipasi gejala ekonomi makro berupa middle
income trap. Jebakan ini biasanya ditandai dengan rasio investasi yang
rendah, pertumbuhan industri manufaktur yang lambat, industri yang kurang
terdiversifikasi dan kondisi pasar tenaga kerja yang buruk. Pemerintah harus
memiliki strategi jitu untuk menghindarinya. Penciptaan lapangan kerja,
investasi bidang infrastruktur, dan penyiapan SDM berkualitas agar pembangunan
berkelanjutan tetap terjaga. Disini pemerintah punya andil besar untuk
memperkuat pendidikan kewirausahaan.
Menumbuhkan kembangkan minat
dan semangat kewirausahaan bukan persoalan sepele. Rendahnya kreatifitas dan
inovasi masih melekat disetiap aspek kehidupan bangsa ini. Padahal dalam
pespektif kewirausahaan, kreatif dan inovatif merupakan kata kunci menjadi
wirausaha unggul. Pendidikan perlu berbenah diri. Satuan pendidikan perlu membuka
peluang tumbuhkembangnya kreatifitas dan inovasi di ruang-ruang pembelajaran. Pendidikan
formal belumlah mampu mengarahkan peserta didik untuk menjadi wirausaha.
Kurikulum masih berkutat pada melatih kompetensi anak didik untuk siap kerja. Padahal
pendidikan kewirausahaan penting ditanamkan sejak usia dini.
Pertambahan penduduk
yang besar setiap tahun menjadi permasalah tersendiri bagi penyediaan lapangan
pekerjaan. Usaha berskala besar selama ini belum sanggup menyerap semua
pencari pekerjaan. Ketidaksanggupan tersebut lebih disebabkan karakteristiknya
yang relatif padat modal. Sementara UMKM relatif padat karya. Disamping itu perusahaan
skala besar umumnya membutuhkan pekerja dengan pendidikan formal yang tinggi
dan pengalaman kerja yang cukup, sedangkan UMKM sebagian pekerjanya
berpendidikan rendah. Namun demikian, para pelaku UMKM sudah saatnya diarahkan menggali peluang ekonomi
digital dan kreatif.
Pemberdayaan UMKM merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan
dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian rakyat. Sudah sepantasnya
Pemerintah memberdayakan UMKM secara terencana, sistematis dan menyeluruh melalui:
Pertama, penciptaan iklim usaha yang
kondusif dan menjamin kepastian usaha disertai adanya efisiensi ekonomi. Perijinan usaha dibuat semudah mungkin
baik proses, biaya maupun waktunya. Kedua,
pengembangan
sistem pendukung usaha bagi UMKM untuk meningkatkan akses kepada sumber daya
produktif, terutama sumber daya
lokal yang tersedia. Ketiga, pengembangan kewirausahaan dan
keunggulan kompetitif UKM. Keempat, pemberdayaan usaha skala mikro untuk meningkatkan pendapatan masyarakat
yang bergerak di sektor informal, terutama yang masih berstatus keluarga miskin. Kelima, peningkatan kualitas
koperasi untuk berkembang secara sehat sesuai dengan jati dirinya dan membangun
efisiensi kolektif terutama bagi pengusaha mikro dan kecil.
Panjang umur para pelaku UMKM Pahlawan Ekonomi:) majukan perekonomian negara ini, bantu para UMKM agar tetap semangat dalam mengemban pekerjaannya. SEMANGAT!
BalasHapussangat menarik dan bermanfaat serta mengedukasi pak
BalasHapus