Menggelorakan (Lagi) Cinta “Made in Indonesia”
Oleh: Dedi Purwana
Kabar Presiden Jokowi membatalkan pembelian Helikopter VVIP AW-101, tentu saja melegakan kita semua. Di satu sisi, Presiden memang berhak mendapatkan fasilitas tersebut. Namun di sisi yang lain, sungguh tak elok mempertontonkan kemewahan, sementara kantong-kantong kemiskinan masih bertebaran di berbagai penjuru tanah air. Keputusan ini patut diapresiasi di tengah kelesuan perekonomian, ditambah kegalauan masyarakat menyaksikan akhir cerita sinetron “Papah Minta Saham”.
Foto oleh alfauzikri dari Pexels
|
Sejak awal rencana
pembelian helikopter kepresidenan tersebut, menuai kritik berbagai pihak. Selain
helikopter kepresidenan yang ada saat ini masih layak pakai, harga helikopter
VVIP AW-101 dipandang terlalu mahal, sekitar USD 55 juta. Sebagai perbandingan, PT Dirgantara Indonesia mampu
memproduksi helikopter EC-725 Cougar dengan
harga jauh lebih murah, yakni USD 35 juta. Bisa dibanyangkan penghematan
sebesar USD 20 juta bila dimanfaatkan untuk pengentasan kemiskinan.
Selain
penghematan, membeli
produk PT DI menunjukkan keberpihakan pemerintah terhadap hasil karya anak
bangsa. Pada saat yang sama, tentu industri pertahanan dalam negeri akan tumbuh
berkembang. Namun pertanyaan besar yang kerap muncul, mengapa bangsa ini enggan
mencintai produk dalam negeri?
Seakan menjadi
budaya, setiap produk asing selalu dianggap yang terbaik. Harga bukanlah
masalah, selama keinginan membeli produk asing terpenuhi. Tagline cintailah produk dalam negeri sepertinya tidak berlaku.
Budaya itu, masih ditambah lemahnya kebijakan ekonomi pro domestik. Jika
demikian, lalu bagaimana mungkin produk “made in
Indonesia” menjadi tuan rumah di negeri sendiri?
Tidak Percaya Diri
Kelemahan
bangsa kita adalah rasa tidak percaya diri. Mental demikian menyebabkan
ketidakmampuan menggali potensi dan peluang yang ada. Kita selalu merasa lebih
rendah bila bergaul dengan kolega kita dari luar negeri. Ketidakpercayaan diri semacam
ini dimanfaatkan asing untuk mendominasi pasar di tanah air.
Perusahaan asing begitu jeli melihat Indonesia sebagai sasaran empuk pelemparan
produk mereka. Serbuan gencar produk asing harus dikikis karena sebenarnya
bangsa ini memiliki potensi besar untuk sejajar dengan negara lain.
Sikap tak percaya
diri tidaklah beralasan. Sepenggal cerita ini membuktikan ternyata Indonesia
hebat. Penulis pernah
berkesempatan mengikuti pelayaran KRI Bintuni-520. Rute pelayaran dari dermaga Kolinlamil Tanjung Priok menuju dermaga Cilegon,
ditempuh kurang lebih selama 5 jam. Rasa haru dan bangga menggelora selama pelayaran.
Apalagi, setelah mendengarkan penjelasan Komandan Kapal KRI milik TNI AL tersebut ternyata diproduksi sepenuhnya oleh
anak-anak bangsa. Kapal ini dirancang untuk bisa mengangkut 10 Tank
Leopard, 476 orang (kru dan pasukan), serta 1 unit helikopter. Industri pertahanan dalam negeri ternyata
tak dapat dipandang sebelah mata. Singkatnya, entah bidang persenjataan,
pertahanan, fashion, produk kreatif dan sebagainya, produk dalam negeri tidak
kalah unggul.
Terkait cinta
produk dalam negeri, bangsa ini patut belajar dari Negeri Ginseng
(Korea) dan Matahari Terbit
(Jepang). Kedua negara ini pernah
terpuruk akibat perang di masa lalu. Namun kini, Korea dan Jepang mampu menjadi pemain perekonomian global. Pemerintah kedua negara tersebut
berhasil menanamkan rasa percaya diri rakyatnya. Mereka begitu mencintai produk negaranya. Pertumbuhan
ekonomi negara tersebut ditopang konsumsi masyarakat atas produk nasional.
Kedaulatan Ekonomi
Bangsa yang
besar adalah bangsa berdaulat ekonomi. Kedaulatan ekonomi bisa tercapai
manakala rakyat bangga menggunakan produk-produk nasional. Sudah
saatnya, gerakan cinta produk sendiri diperkuat melalui langkah
berikut:
Pertama, mengajarkan
literasi ekonomi kepada anak sejak dini. Edukasi literasi ekonomi tentunya diarahkan
untuk membekali anak dalam mengambil keputusan ekonomi, baik sebagai konsumen,
produsen, investor dan penabung. Tanamkan kesadaran mencintai produk dalam negeri. Orang tua berperan sebagai model bagi anak dalam
kebiasaan belanja. Manakala kita sebagai orang tua bersikap konsumtif, hedonis
dan posesif
akan produk asing jangan berharap anak akan berperilaku
sebaliknya.
Kedua, meningkatkan
preferensi penggunaan produk dalam negeri. Instansi
Pemerintah semestinya konsisten melaksanakan kewajiban Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam
pengadaan barang dan jasa. TKDN bertujuan
untuk
mengembangkan dan melindungi industri domestik dari persaingan produk impor. Selain
penyerapan tenaga kerja meningkat, devisa negarapun dapat dihemat.
Ketiga, menjaga
kedaulatan pangan. Kebijakan impor pangan hanya akan menumbuhsuburkan kartel atau mafia pangan. Keberpihakan pada pangan untuk rakyat seyogianya diwujudkan dalam bentuk
pengetatan impor pangan. Pada saat yang sama, pemerintah semestinya memberikan insentif khusus bagi produktivitas
petani dan peternak. Memang harga pangan impor lebih murah, tapi apa artinya
jika kebijakan impor hanya memperburuk kesejahteraan ekonomi petani dan
peternak kita?
Keempat, selektif
terhadap pinjaman luar negeri. Kreditor asing seringkali mempersyaratkan keharusan
pengunaan barang dan jasa berasal dari negara pemberi pinjaman. Pemerintah
semestinya berani memilih lembaga keuangan internasional yang memberikan
kesempatan perusahaan nasional lebih berperan. Islamic Development Bank (IDB)
misalnya, mempersyaratkan penerima pinjaman wajib mengutamakan keterlibatan
perusahaan nasional dalam melaksanakan proyek-proyeknya. Dengan demikian, dana
pinjaman tersebut akan berputar di dalam negeri dan tentunya mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional.
Kelima, meningkatkan
daya saing UMKM. Penguatan kapasitas UMKM perlu diintensifkan mengingat kontribusi mereka
dalam penyerapan tenaga kerja dan pengurai kemiskinan. Kesadaran masyarakat untuk mau membeli
produk UMKM akan sangat membantu meningkatkan kemampuan bersaing menghadapi MEA. Selain
itu, program kewirausahaan masyarakat perlu terus ditingkatkan agar muncul UMKM baru.
Keenam, memperkuat ekonomi kreatif. Keunggulan kompetitif berupa keragaman etnik, budaya, dan sumberdaya alam dapat dijadikan modal ekonomi kreatif. Selama ini kita terpaku melestarikan budaya hanya untuk kepentingan mempertahankan nilai dan tradisi agar tidak tergerus perubahan zaman. Namun, sudah saatnya kita mengangkat keragaman budaya sebagai peluang untuk menopang pertumbuhan ekonomi.
Sangat memguntungkan bagi para pembaca untuk meningkatkan ekonomi di Indonesia
BalasHapusSangat bermanfaat untuk para pembaca dalam meningkatkan ekonomi
BalasHapusartikel yang sangat bermanfaat dalam meningkatkan ekonomi Indonesia
BalasHapusArtikel nya menarik dan mudah dimengerti, sangat bermanfaat untuk para pembaca dalam meningkatkan ekonomi
BalasHapusBermanfaat dan berwawasan bagi saya untuk lebih sadar dengan kemampuan anak muda Indonesia yang hebat dan kreatif
BalasHapusArtikel yang mudah dipahami dan memberi banyak wawasan baru
BalasHapusSangat bermanfaat untuk menambah wawasan bagi saya
BalasHapusSangan bermanfaat dan menambah wawasan baru
BalasHapusSemoga perekonomian di indonesia ini semakin meningkat dengan adanya UMKM, sangat bermanfaat untuk dipahami, terima kasih prof...
BalasHapusInformasi di dalam artikel ini disampaikan sangat menarik, informatif, dan bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan agar membangkitkan rasa percaya diri untuk mencintai produk buatan Indonesia. Terima kasih, Prof.
BalasHapusArtikel yang sangat bermanfaat dalam meningkatkan ekonomi
BalasHapusInformasi yang diberikan sangat bermanfaat dan menambah pengetahuan, terimakasih prof
BalasHapusArtikel ini sangat informatif
BalasHapusSangat bermanfaat menambah pengetahuan, agar kedepannya lebih meningkatkan rasa percaya diri sehingga dapat menggali potensi diri dan kemampuan dan harus mencintai produk negara sendiri
BalasHapusSangat bermanfaat
BalasHapusArtikel ini membuka pikiran pembaca agar lebih mencintai produk dalam negeri, bagus sekali
BalasHapusTerima kasih prof, isi artikel tsb sangat bagus dan banyak memberikan wawasan untuk kita semua
BalasHapusArtikel yang menarik dengan isi yang menginspirasi tentang Indonesia hebat adalah negara berdaulat ekonomi dan cinta produk Idonesia. Terimakasih Prof.
BalasHapussangat menarik dan menambah wawasan untuk saya, prof.
BalasHapusSangat menarik dan menambah wawasan. Jangan lupa utk selalu pakai produk lokal
BalasHapusSangat menarik dan bermanfaat, marilah cintai produk dalam negeri:)
BalasHapusArtikel nya sangat menarik dan bermanfaat
BalasHapusArtikel ini sangat membuka pikiran para pembaca untuk mencintai produk dalam negeri
BalasHapusisi yang begitu menarik, menambah wawasan dan membuka pikiran untuk semakin mencintai produk dalam negeri
BalasHapusartikelnya sangat bermanfaat dan menambah wawasan
BalasHapusArtikel ini membuat para pembaca mencintai produk dalam negeri
BalasHapusdari Daffa Syalsabila
Hapussangat bermanfaat agar masyarakat lebih mencintai produk dalam negeri
BalasHapusSangat bermanfaat dan memberi wawasan baru, Terimakasih Prof
BalasHapusDari Fernanda Amelia Putri
HapusLuar biasaaaa sekali artikelnyaaaa profff.terimakasih
BalasHapusMaulidiana jihan
Hapussangat menarik dan bermanfaat serta mengedukasi kaum wanita, prof
BalasHapus