Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bantu UMKM di Masa Pandemi

 Oleh: Choirul Anan*

 

Bantu UMKM di Masa Pandemi
Foto oleh Thgusstavo Santana dari Pexels

UMKM (Usaha Kecil Mikro Menengah) sebagai sektor usaha yang sangat berperan penting dalam kemajuan ekonomi Indonesia. Krisis yang menimpa Indonesia tahun 1997 di awali dengan krisis nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dan krisis moneter yang berdampak pada perekonomian Indonesia yakni resesi ekonomi. Ketika krisis ekonomi menerpa dunia otomatis memperburuk kondisi ekonomi di Indonesia. Kondisi krisis terjadi periode tahun 1997 hingga 1998, hanya sektor UMKM yang   mampu tetap berdiri kokoh. Data Badan Pusat Stastistik merilis keadaan tersebut pasca krisis ekonomi jumlah UMKM tidak berkurang, bahkan mampu menyerap 85 juta hingga 107 juta tenaga kerja sampai tahun 2012.   Pada tahun itu jumlah pengusaha di Indonesia sebanyak 56.539.560 unit . Dari jumlah tersebut, Sektor UMKM sebanyak 56.534.592 unit atau sebesar 99,99%. Sisanya sekitar 0,01% atau sebesar 4.968 unit adalah usaha berskala besar. Fenomena ini menjelaskan bahwa UMKM merupakan usaha yang produktive untuk dikembangkan bagi mendukung perkembangan ekonomi secara makro dan mikro di Indonesia dan mempengaruhi sektor-sektor yang lain bisa berkembang. Salah satu sektor yang terpengaruh dari pertumbuhan UMKM adalah  sektor  jasa  perbank an. Sebab  hampir  30%  usaha UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah)  mengunakan modal operasioanal dari perbankan . Pengalaman tersebut telah menyadarkan   banyak pihak , untuk memberikan porsi lebih besar terhadap bisnis skala mikro , kecil , dan  menengah . Persoalan klasik seperti akses permodalan kepada lembaga keuangan pun mulai bisa teratasi.

Siapa yang tak kenal virus corona? sebuah virus yang telah menggemparkan dunia karena mampu membuat kehidupan manusia berubah seketika. Awalnya, virus ini hanya tersebar di Wuhan, sebuah kota di Negeri Tiongkok. Tapi karena penyebaran nya yang begitu cepat, virus ini mampu menyebar ke seluruh penjuru dunia tak terkecuali Indonesia. Hingga saat ini, jumlah masyarakat yang terkonfirmasi terkena virus ini sekitar 68 juta orang sedangkan di Indonesia sendiri sebanyak 550.000 orang. Dari jumlah tersebut pasien yang pertama kali terkena virus ini adalah seorang perempuan berusia 31 tahun yang sebelumnya melakukan pesta dan dihadiri sekitar 50 orang dari berbagai negara. Beberapa hari setelah nya ia mengeluh sakit pada bagian tenggorokan, deman hingga pusing. Lalu, salah seorang warga negara jepang yang mengikuti pesta bersama memberi kabar bahwa dirinya telah positif Covid-19. Lantas, perempuan itu melakukan tes kesehatan hingga akhir nya dinyatakan positif Covid-19. Persentase kesembuhan virus ini memang masih cukup  besar jika di bandingkan beberapa wabah seperti flu burung atau penyakit lainnya. Tetapi jika melihat dampak nya virus ini tak boleh di remehkan. Menurut para ahli, paru paru orang yang sudah sembuh dari covid 19 hanya bisa bekerja maksimal 50 - 70%. Hal ini pasti sangat mempengaruhi kehidupan seseorang karena paru - paru merupakan organ vital manusia.

Pandemi ini memang sangat berdampak bagi kehidupan manusia. Bukan hanya kalangan bawah saja, para pekerja kantoran hingga perusahaan besar pun ikut terkena imbas nya. Hancurnya semua sektor usaha menambah derita yang di alami oleh masyarakat. Banyak pelaku usaha yang harus memutar otak agar keuangan nya tetap stabil. Pembatasan sosial yang dilakukan oleh warga membuat kegatan bisnis menjadi lesu. Dari perusahan besar hingga perusahaan kecil semua mengalami penurunan yang sangat signifikan dari segi penjualan, pendapatan hingga kesulitan dalam produksinya . Tak terkecuali para pelaku UMKM . Banyak pelaku UMKM yang kesulitan dalam menjaga usaha nya di tengah pandemi ini. Bahkan beberapa UMKM terpaksa harus gulung tikar akibat terus menerus mengalami kerugian. Untuk itu sudah tanggung jawab kita untuk membantu para pelaku UMKM agar roda perkenomoian tetap berjalan. Berikut beberapa alasan kenapa anda harus membantu UMKM.

Pertama, usaha modal kecil. Usaha jenis ini disebut dengan mikro bukan hanya karena aset yang dimilikinya terbilang kecil (kurang atau sama dengan Rp 50 juta), tetapi juga karena modal mereka untuk memulai usaha juga kecil. Walau begitu, perkiraan omzet yang bisa mereka dapatkan terbilang lumayan, yakni sekitar Rp 300 juta per tahun. Agar mereka dapat mengembangkan usahanya, maka diperlukan modal usaha yang lebih besar lagi. Saat ini sudah banyak upaya pemerintah untuk membantu bisnis mikro agar memiliki modal usaha yang lebih besar. Salah satunya adalah dengan menurunkan tarif Pajak Penghasilan (PPh) bagi usaha mikro menjadi 0,5% dari yang awalnya 1%.

Kedua, membuka lapangan kerja. Dengan banyaknya jumlah UMKM, artinya semakin banyak juga tenaga kerja yang dibutuhkan. Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM, usaha kecil dan menengah mampu menyerap 89,17 persen tenaga kerja domestik. Meningkatnya lapangan pekerjaan dapat membantu mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan, khususnya bagi masyarakat lokal. Pada tahun 2018, Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan survei dan menemukan jumlah pengangguran di Indonesia telah mencapai angka 6,87 juta orang. Jadi, dari 267 juta jiwa penduduk Indonesia, sekitar 5% di antaranya merupakan pengangguran. Tidak ada cara lain untuk mengurangi pengangguran selain dengan membuka lapangan usaha baru.Membuka lapangan usaha baru ternyata tidak harus dengan mendirikan sebuah industri yang besar, tapi juga bisa dengan membuka usaha mikro. Dengan mendorong masyarakat untuk menciptakan lapangan kerjanya sendiri, maka angka pengangguran di Indonesia pun dapat perlahan-lahan berkurang. Tak hanya itu, pekerja UMKM dikatakan memiliki tingkat kepuasan kerja yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan dalam bisnis yang skalanya lebih kecil, pekerja lebih bisa merasakan dampak dari kontribusi mereka secara langsung sehingga mereka pun merasa lebih puas.

Ketiga, mendukung perekonomian lokal dan nasional. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah di Indonesia ternyata merupakan jenis usaha yang paling besar. Meski begitu, usaha modal kecil ini bukan sekadar besar di jumlah, tetapi juga di kontribusinya untuk perekonomian negara. Tercatat pada tahun 2018, UMKM di Indonesia menyumbangkan 60% untuk pertumbuhan ekonomi nasional. Angka yang tergolong besar jika dibandingkan dengan jenis usaha lainnya. Selain itu, UMKM juga mendorong perekonomian yang merata. Berbeda dengan perusahaan besar yang biasanya terletak di ibukota atau pusat kota saja, UMKM lebih tersebar di berbagai daerah. Hal ini memudahkan masyarakat di kota kecil atau daerah untuk mengakses produk dan mendapatkan penghidupan yang layak tanpa perlu menempuh jarak yang jauh.

Keempat, menjawab kebutuhan masyarakat. Bisnis besar biasanya memproduksi barang yang homogen. Artinya, barang dijual di lokasi A dan di lokasi B merupakan barang yang sama. Sebaliknya, UMKM yang dikelola secara mandiri akan lebih mencerminkan kebutuhan dan budaya lokal di daerah bisnis tersebut. Dengan demikian, UMKM bisa lebih menjawab kebutuhan masyarakat lokal yang mungkin belum bisa diberikan oleh bisnis berskala nasional.

Peran UMKM ternyata sangat penting. Bahkan untuk kehidupan sehari-hari saja mereka punya andil yang besar. Untuk itulah mereka sangat perlu dukungan, bukan hanya dari pemerintah, tetapi juga dari masyarakat Indonesia. Anda bisa membantu dengan membeli dan menggunakan produk-produk dari UMKM . Mari bersama-sama bantu UMKM di Indonesia untuk terus berkembang!

*Mahasiswa Program Studi Akuntansi (D3) Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta

Posted by Dedi Purwana 

Posting Komentar untuk "Bantu UMKM di Masa Pandemi"