Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pendidikan Dan Pertumbuhan Ekonomi: Sebuah Refleksi

Konsep yang menyatakan investasi pada Sumber Daya Manusia (SDM) dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi diawali dari pemikiran Adam Smith dan para pakar ekonomi klasik lain, yang menekankan pentingnya berinvestasi pada ketrampilan manusia. Pada tahun 1960 Schultz (1961) dan Denison (1962) memperlihatkan bahwa pendidikan memberikan kontribusi secara langsung pada pertumbuhan pendapatan nasional melalui peningkatan ketrampilan dan kapasitas produktif tenaga kerja. Penemuan ini membawa arah studi nilai ekonomis pada investasi pendidikan. 

Pendidikan Dan Pertumbuhan Ekonomi: Sebuah Refleksi
Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay

Dalam mengukur konstribusi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi Schultz (1961) menggunakan growth accounting approach dan Denison (1962) menggunakan rate of return to human capital. Kedua pendekatan tersebut digunakan untuk mengukur kontribusi pendidikan pada pertumbuhan ekonomi baik negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, menurut Denison antara tahun 1930 – 1960, 23% tingkat pertumbuhan output di AS dikarenakan meningkatnya pendidikan tenaga kerja. Sementara di Kanada mencapai 25%, Belgia 14%, Inggris 12%, Argentina 16,5%, Malaysia 14,7%, Philipina 10,5%, Ghana 23,4%, Kenya 12,4% dan Nigeria 16%. Kalau kita melihat hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa meningkatnya pendidikan tenaga kerja dapat meningkatkan pertumbuhan output bagi negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang.

Bukti lain yang menunjukkan hubungan antara berbagai aspek SDM dan pertumbuhan ekonomi ditemukan melalui penelitian yang dilakukan oleh Bank Dunia. Berdasarkan hasil penelitian Hicks (1980) menunjukkan bahwa negara-negara dengan tingkat pengembangan SDM tinggi akan mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. Namun, hubungan ini tidak bersifat linier karena masih banyak faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Model pengukuran yang disarankan oleh Wheeler (1980) untuk mengukur kontribusi pendidikan dan pengembangan SDM lain terhadap pertumbuhan ekonomi adalah model simultan. Dalam model ini yang diukur bukan hanya pengaruhnya secara langsung tetapi juga secara tidak langsung (memisahkan antara sebab dan dampak).  Meskipun tidak satupun dalam penelitian ini dapat menunjukkan jenis pendidikan bagaimana yang bisa memberikan dampak paling besar pada produktivitas atau pertumbuhan ekonomi, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa pembiayaan pendidikan seharusnya dianggap sebagai investasi yang produktif bukan hanya dianggap sebagai konsumsi.

Oleh karena itu, memang perlu dilakukan evaluasi terhadap opportunity cost dari investasi pendidikan dan dibandingkan dengan investasi lain (modal fisik dan infrastruktur sosial). Selain itu, perlu juga dihitung internal efficiency dan eksternal effieciency dari investasi pendidikan untuk menentukan kombinasi investasi pada tingkat pendidikan yang mana (dasar, menengah dan tinggi). Ini merupakan tugas para ekonom negara untuk melakukakan analisa dan evaluasi terhadap investasi pendidikan, dengan tidak mengabaikan bukti yang menunjukkan bahwa pendidikan berkontribusi terhadap pertumbungan ekonomi.

Pendidikan bukan hanya dipandang karena dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi tetapi karena perspektif yang lebih luas dari pengembangan SDM. Ilmu pengetahuan dan pendidikan merupakan kekuatan pendorong utama pembangunan ekonomi.

Pentingnya pendidikan dalam proses pembangunan bangsa, tidak hanya perlu diperhatikan oleh negara yang sedang berkembang. Negara yang sudah maju pun tetap memandang pendidikan sebagai bagian yang esensial. Belum mapannya sistem ekonomi nasional bukan karena belum adanya lembaga-lembaga ekonomi, tetapi ini terjadi karena berbagai ketentuan pendidikan yang dirancang untuk menyiapkan generasi muda yang memiliki kemampuan, nilai, dan sikap yang diperlukan bagi kehidupan negara dan bangsa tidak diupayakan dalam proses pembelajaran maupun proses sosialisasi di lembaga-lembaga pendidikan.

Muncul kesadaran dalam kepemimpinan Indonesia terhadap kebutuhan membangun dayaguna tinggi sumberdaya manusia (high level manpower) sebagai sumberdaya dasar pembangunan ekonomi. Dalam Repelita tahun 1956 – 1960 dan tahun 1961 – 1969 terdapat pernyataan rendahnya ketrampilan di sektor publik dan swasta merupakan salah satu alasan penting rendahnya produktivitas per capita. Kedua Repelita itu merupakan daftar proyek alokasi jumlah investasi yang dipandang sebgai ukuran yang tepat untuk menghasilkan tingkat pertumbuhan ekonomi melalui rasio output modal.

Berdasarkan beberapa studi yang dilakukan Bank Dunia, menunjukkan bahwa investasi pendidikan sebagai kegiatan inti pengembangan SDM terbukti telah memiliki, sumbangan yang sangat signifikan terhadap tingkat keuntungan ekonomi (MC Machon dan Boediono, 1992). Berdasarkan temuan studi tersebut, bahwa keuntungan ekonomi (rate of return) investasi pendidikan ternyata lebih tinggi daripada investasi fisik dengan perbandingan rata-rata 15,3% dan 9,1%. Ini berarti bahwa investasi dalam pendidikan merupakan upaya yang menguntungkan, baik secara sosial maupun ekonomis. Namun demikian, kenyataan membuktikan bahwa pemerintah masih harus diyakinkan dan didorong untuk meningkatkan anggaran belanja untuk membiayai pembangunan di bidang pendidikan.

Berdasarkan data-data di atas, pendidikan mempunyai kontribusi terhadap pembangunan ekonomi. Sumberdaya manusia yang memiliki pendidikan yang baik dan tinggi akan memiliki produktivitas kerja yang tinggi pula, sehingga dalam bekerja (menjadi pegawai atau wirausahawan) akan memberikan hasil yang tinggi juga dan bisa mendatangkan/memberikan devisa bagi negara melalui meningkatnya pertumbuhan ekonomi.

Konsep investasi SDM menganggap penting kaitannya antara pendidikan, produktivitas kerja, dan pertumbuhan ekonomi. Pendidikan hendaknya dipandang bukan hanya karena dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi tetapi karena perspektif yang lebih luas dari pengembangan SDM. Ilmu pengetahuan dan pendidikan merupakan kekuatan pendorong utama pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, investasi pendidikan mestinya dilakukan dengan serius dan alokasi dana untuk pendidikan benar-benar dipenuhi mengingat pentingnya pendidikan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Namun demikian, kenyataan membuktikan bahwa pemerintah masih harus diyakinkan dan didorong untuk meningkatkan anggaran belanja untuk membiayai pembangunan di bidang pendidikan.

Referensi:

Delors, Jacques. 1996. Learning : The Treasure Within. Perancis : UNESCO Publishing.

Harbison, Frederick and Charles A. Myers. 1965. Manpower and Education. USA : McGraw Hill Book Company.  

Psacharopoulos, George and Maureen Woodhall. 1985. Education for Development, An Analysis of Investment Choices. USA : A World Bank Publication.

 

 

Posting Komentar untuk "Pendidikan Dan Pertumbuhan Ekonomi: Sebuah Refleksi"