Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jempolmu Mengancam Kebahagiaan Seseorang, Waspadalah!

Oleh: Sarah Chantika*

Media sosial merupakan wadah bagi setiap orang dalam melakukan interaksi jarak jauh. Mengunggah artikel dan berbagi informasi lainnya tanpa dibatasi ruang dan waktu. Kini, media sosial bukan lah hal yang asing, setiap kalangan pasti menggunakan dan memanfaatkannya. Namun, tidak sedikit yang menyalahgunakannya. berdasarkan teknoia.com pengguna media sosial di dunia sudah mencapai 3,8 milyar dengan lama waktu menggunakannya sekitar 2 jam/hari. Data tersebut diambil pada bulan Februari sebelum terkonfirmasinya wabah Covid-19. Tentu saja data tersebut mengalami perubahan, apalagi dengan adanya kebijakan work from home, masyarakat menghabiskan waktunya menggunakan media sosial. Dapat dilihat dari aplikasi media sosial seperti ; Twitter, Facebook, Instagram dan Tiktok yang penggunanya tentu saja tidak sedikit. 

Jempolmu Mengancam Kebahagiaan Seseorang, Waspadalah!
Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels

Mereka diberi kebebasan dalam mengunggah dan memberikan komentar tetapi yang menjadi masalah adalah orang – orang yang menyalahgunakannya. Mereka yang tidak bijak dalam menggunakan media sosial, sering sekali mengundang keributan yang menimbulkan perselisihan sehingga muncul pernyataan “media sosial itu jahat”, hanya karena gerakan jari – jemari yang tidak menyaring perkataannya dalam memberikan komentar. Tanpa kita sadari, masalah tersebut dapat mengganggu psikis penggunanya yang menjadi objek cyberbullying.

Namun, mengapa cyberbullying bisa terjadi? Sebagian besar yang saya amati melalui komentar “pedas” di Instagram, cyberbullies hanya ingin mencari atensi kepada korban agar korban membalas komentarnya dan mereka menjadi viral, ke viral-an mereka akan mengundang keuntungan untuk cyberbullies yaitu mendapatkan endorsement dan paid promote atau bisa disebut sebagai sarana penghasil uang dengan cepat. Selain itu, mereka ingin mendominasi korban pun mempermalukan korban karena merasa mereka tidak saling mengenal di dunia nyata sehingga, bagi mereka sah – sah saja untuk membuli korban tanpa memikirkan dampaknya terhadap korban. Menurut Tjitjik Hamidah dari buletin.k-pin.org, cyberbullying terjadi karena beberapa faktor misalnya, kepribadian si pembuli itu sendiri. Mereka merasa senang dengan menyakiti korban karena telah memuaskan agresifantasi mereka melalui reaksi korban. Kemudian, adanya rasa iri pembuli terhadap korban sehingga menjadikan korban sebagai target kekesalan mereka. Sebagai contoh, korban memposting sebuah fotonya di Facebook saat sedang makan di sebuah restoran mewah, melihat hal ini, pembuli merasa tersaingi karena ia tidak dapat melakukan hal yang sama seperti korban. Maka dari hal seperti itulah yang dapat melahirkan keinginan untuk melakukan cyberbullying.

Selain faktor terjadinya, adapun karakteristik cyberbullying menurut Hinduja dan Patchin (2009). Antara lain: 1) Disengaja. Mereka telah bertarget dan akan menyerang selagi ada koneksi internet; 2) Membahayakan. Mengancam korban karena mudahnya akses internet; dan 3) Berulang. Terjadi berulang – ulang dan membuat korban khawatir terhadap yang akan terjadi selanjutnya.

Hal – hal yang mungkin kita anggap biasa terjadi di sebuah kolom komentar pengguna sosial media justru “tidak biasa” bagi korban. Mengapa? Karena ketikan – ketikan mereka walaupun singkat, bisa saja menjadi luka yang dalam bagi korban. Pertama mungkin korban akan merasa biasa saja namun, jika dilakukan berulang kali oleh cyberbullies, mereka lambat- laun akan mengalami gangguan mental seperti depresi. Depresi yang berat akan sangat mengganggu korban. Kegiatan sehari – hari akan terasa berat, hal yang biasanya disukai pun akan terasa tidak menyenangkan,nafsu makan yang tidak menentu, self hate, perasaan bersalah dan dapat berujung bunuh diri. Selain depresi, adapun gangguan mental yang dapat korban alami yaitu PTSD ‘Gangguan Stres Pasca Trauma’ yaitu kesulitan untuk pulih dari kejadian traumatis yang dapat berakibat fatal jika tidak segera diobati. Korban akan mengalami ketakutan yang luar biasa terhadap suatu hal yang dia ingat sebagai salah satu komponen kejadian yang tidak mengenakkan pada masa lalu dan bisa terus berlanjut hingga ia tua. PTSD dapat mengakibatkan gangguan mental yang lain seperti Anxiety Disorder ‘Gangguan Ansietas’, gangguan makan, penyalahgunaan NAPZA dan ketergantungan alkohol. Selain hal yang sudah saya sebutkan di atas, adapun penarikan diri dari lingkungan sosial dapat menjadi dampaknya. Korban akan berpikir bahwa tidak ada yang berada di pihaknya dan tidak ada yang menyayanginya,sehingga lebih baik bagi dirinya untuk menjauhi orang – orang di sekitarnya. Kemudian perundungan secara fisik di lingkungan nyata akibat komentar – komentar jahat yang diterima korban sampai ke telinga orang – orang yang dikenal korban.  Komentar ini dapat berupa fitnah yang manipulatif sehingga, membuat orang – orang percaya dan membuli korban di dunia nyata baik secara  verbal, maupun fisik.

Adapun solusi dari saya mengenai peristiwa ini, antara lain:

  1.  Bersikap ‘cuek’ atau acuh tak acuh terhadap komentar dan  pesan terror yang diterima, Dengan ini, cyberbullies akan merasa lelah dan bosan karena ucapannya tidak kian ditanggapi;
  2.  Membalas pesannya, membalas pesan para pembuli memang terkadang sangat mengadu adrenalin,namun dengan ini kita bisa menunjukkan kalau kita tidak takut dan lemah terhadap mereka;
  3. Carilah lingkungan yang baik, dengan ini anda akan mendapatkan dukungan dari orang – orang terdekat yang dapat mengerti anda;
  4. Jika anda tidak dapat melakukan semua solusi yang telah saya sarankan di atas dan sudah terlanjur mengalami fase depresi dan sebagainya, sebaiknya lakukan konseling ke tenaga profesional seperti psikolog dan psikiater terdekat untuk menerima pengobatan ataupun terapi;
  5. Mengurangi pemakaian sosial media, sosial media sebaiknya dipakai seperlunya dan tidak melampaui batas karena dapat menyebabkan kecanduan yang bisa berdampak pada mental kita. Serta mengurangi diri kita untuk membuka dan membaca komentar jahat;
  6. Cintai diri sendiri, jangan membenci dan menyalahkan diri sendiri adalah hal penting. Jika kita membenci diri kita maka sama saja dengan merundung diri kita sendiri. Carilah keunggulan anda yang dapat anda banggakan.
  7. Bersyukur, bersyukur terhadap diri sendiri itu perlu. Berterima kasih karena sudah bertahan sejauh ini selagi diterpa oleh komentar jahat dan bersyukur masih kuat menanggapinya.
  8. Menyebar perasaan positif, menyebarkan kepada orang lain dan diri sendiri akan membuat pikiran anda lebih ringan dan mengurangi stres. Hal ini bisa anda lakukan dengan memberi dukungan kepada orang lain juga dirimu. 
  9. Melaporkan cyberbullie dan memblokirnya, melaporkan mereka kepada pihak sosial media dan pihak berwajib adalah cara yang paling ampuh dan merupakan jalan pintas untuk mengatasi persoalan yang tengah kamu hadapi.Selain akun mereka akan ditangguhkan, mereka juga bisa mendapatkan ancaman pidana karena pelanggaran terhadap UU ITE. Hal yang dapat anda lakukan pertama adalah, melaporkan akun yang sudah merundung anda ke pihak sosial media melalui aplikasi sosial media anda dan blokir akun tersebut. Jika anda tetap menerima teror dari orang yang sama tetapi akun yang berbeda, maka anda hanya perlu melakukan langkah akhir yaitu ke pihak berwajib.
  10. Tersenyum, tersenyum terbukti dapat menghilangkan stres seseorang. Maka dari itu jangan lupa tersenyum.

Pada akhirnya, dapat kita tarik kesimpulan bahwa cyberbullying itu berbahaya. Selain mengancam kesehatan mental sesesorang, juga dapat mengancam keselamatan jiwa individu. Maka dari itu, sebaiknya tidak ada lagi pelaku dan korban dari perundungan siber ini. Selain korban yang bisa kehilangan nyawa, pelaku juga dapat dibayang – bayangi oleh perasaan bersalah dan berujung terkena risiko gangguan mental pula.

*Mahasiswa Program Studi Akuntansi (D3) Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta

Posted by Dedi Purwana

22 komentar untuk "Jempolmu Mengancam Kebahagiaan Seseorang, Waspadalah!"

  1. keren banget artikelnya, apalagi dijaman digital sekarang!

    BalasHapus
  2. Kalo dulu berkata yang baik atau diam, kalo sekarang chat/posting yang baik atau diam��

    BalasHapus
  3. Wow, informasi yang cukup menarik

    BalasHapus
  4. bermanfaat banget artikelnya, kerenn..

    BalasHapus
  5. Terimakasih, bermanfaat sekali artikelnya

    BalasHapus
  6. Wah keren banget artikelnya sangat bermanfaat

    BalasHapus
  7. kalo jempol nya keatas jadinya mantap bgt buat artikel nya mba sarah

    BalasHapus
  8. memang saya setuju akan artikel ini, dunia sosmed ini sudah kejam,tidak berfikir ingin berkomentar main asal ceplos saja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget ni, harus berpikir dulu sebelum berkomentar 👍

      Hapus