Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tips dan Trik Sukses Menulis Buku Ajar

Penulis: Dedi Purwana

Sobat dunia kampus tentunya paham bahwa buku adalah jendela dunia. Buku membuka wawasan ilmu pengetahuan bagi para pembaca. Literasi baca tulis tidak mungkin maksimal tanpa kehadiran buku. Dunia akademik terasa hambar tanpa kehadiran buku. Faktanya, jumlah koleksi buku di perpustakaan kampus menjadi salah satu indikator penting dalam penilaian akreditasi institusi maupun program studi.

Dunia kampus tips dan trik sukses menulis buku ajar
Gambar oleh Michal Jarmoluk dari Pixabay

Sobat dunia kampus tentu merasa galau kala mengikuti perkuliahan tidak ada satu pun buku pegangan yang dirujuk oleh dosen. Entah buku ajar yang ditulis oleh dosen tersebut atau buku referensi. Tentu terselip rasa bangga diantara mahasiswa bila buku ajar yang digunakan adalah karya dosen pengampu perkuliahan tersebut.

Sayangnya, tidak banyak dosen memiliki minat tinggi untuk menulis buku ajar. Kerap kali dosen berfikir sederhana, mengapa saya harus menulis buku ajar sementara buku referensi bertebaran yang dapat dijadikan buku pegangan perkuliahan? Bahkan lengkap dengan pelengkap instruksionalnya semisal power point, quiz, soal-soal latihan, dan studi kasus.

Dosen seolah lupa bahwa reefrensi sebanyak itu, bukankah hanya karya orang lain. Tidak ada kebanggaan meski referensi tersebut diterbitkan oleh penerbit kelas dunia semisal Prentice-Hall atau South-Western Publisher. Referensi tersebut dapat digunakan selama tidak untuk sekedar gagah-gagahan. Bila hanya sekedar membuktikan bahwa mata kuliah yang diampu terkesan keren, kasihan mahasiswa. Buku referensi semahal itu, ternyata tidak dipahami kontennya dan lebih parah lagi tidak dibaca oleh mahasiswa dengan alasan buku tersebut berbahasa Inggris. Lalu, mengapa dosen tidak menulis buku ajar sendiri?

Beragam manfaat yang akan diperoleh manakala dosen menulis buku ajar, diantaranya:

Pertama, memberi nilai tambah. Menulis buku ajar yang berkualitas memberikan nilai tambah baik dosen sebagai penulis, maupun masyarakat luas. Toh buku ajar yang kita tulis dan diterbitkan secara nasional setidak tidak hanya digunakan oleh mahasiswa kita sendiri, akan tetapi mahasiswa dari kampus lainpun akan menggunakannya entah sebagai buku pegangan perkuliahan atau sumber kutipan skripsi, tesis dan disertasi.

Kedua, meningkatkan personal branding. Buku ajar yang diterbitkan berskala nasional tentu berdampak pada peningkatan personal branding dosen penulis. Buku yang diterbitkan dan didistribusikan secara nasional merupakan alat promosi ampuh. Masyarakat luas akan lebih mengenal  dan mengakui keahlian dan kompetensi penulis buku ajar. Reputasi akademik dibangun melalui buku yang kita tulis. Tawaran sebagai nara sumber berbagai seminar dan workshop akan mengalir.

Ketiga, institusional branding. Dosen sebagai penulis buku ajar turut meningkatkan citra Lembaga tempat kita mengais rezeki. Toh ketika menulis biografi penulis, tentu akan menyertakan riwayat pekerjaan sekaligus kontak alamat yang dapat dihubungi.

Keempat, manfaat finansial. Menulis buku ajar ibarat sekali mendayung, dua pulau terlampaui. Buku ajar dapat disertakan untuk pengajuan angka kredit bagi dosen (KUM) sekaligus mendapatkan royalty (KOIN). Bagi dosen menulis buku ajar merupakan kewajiban berdasarkan Undang-undang dan peraturan turunannya. Setidaknya minimal 1 buku dalam 3 tahun, dosen asisten ahli hingga profesor wajib menulis buku. Buku adalah investasi jangka panjang baik bagi pembaca terlebih bagi penulis. Menulis buku yang laris berimbas pada pundi-pundi rupiah dari royalty yang didapatkan. Royalti pun dapat diwariskan ke istri dan anak manakala kita sudah tidak mampu lagi bernafas.

Kelima, mewariskan semangat menulis. Dosen bukanlah orang kaya secara finansial. Namun kepakaran dan wawasan pengetahuan dapat dijadikan sarana bersedekah. Menularkan semangat menulis buku pada kolega, anak didik dan keluarga bagian dari sedekah pengetahuan.

Lalu bagaimana menulis buku ajar yang baik? Apakah harus sesuai kriteria minimum pedoman operasional penghitungan angka kredit? Atau harus sesuai selera penerbit? Terlepas tujuan penulisan buku itu untuk mendapatkan KUM atau KOIN, berikut kriteria penulisan buku ajar yang baik;

  1. Sederhana. Prinsip sederhana dimaksudkan agar buku ajar dapat memudah mahasiswa atau peserta didik lainnya memahami konten perkuliahan sekaligus memenuhi capaian pembelajaran, baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
  2. Menggunakan bahasa baku. Buku aja termasuk genre non fiksi. Oleh karenanya, bahasa baku yang digunakan. Penting memperhatikan Ejaan Yang Disempurnakan dan Kamus Umum Bahasa Indonesia sebagai pedoman. 
  3. Kontekstual. Dalam menyertakan beragam latihan dan contoh-contoh kasus harus disesuaikan dengan karakteristik mata kuliah itu sendiri. Upayakan juga mengangkat isu-isu kontemporer kajian bidang ilmu. Konsistensi harus mendapat perhatian serius mulai dari tujuan pembelajaran, uraian materi, kesimpulan, evaluasi, latihan dan tugas-tugas. Kontekstual juga harus memperhatikan memiliki unsur kebaharuan sesuai dengan perkembangan ilmu terkini. Buku ajar pun harus memperhatikan relevansi dengan disiplin ilmu.
  4. Buat mind mapping/ peta konsep. Peta konsep akan membimbing pembaca memahami apa, mengapa dan bagaimana buku ajar disajikan. Mulai dari capaian pembelajaran, kompetensi utama dan kompetensi khusus/ pendukung diuraikan dalam peta konsep tersebut.
  5. Penampilan menarik. Kesan pertama sangat menentukan, meminjam jargon. Buku ajar seyogianya dikemas semenarik mungkin, mulai dari desain cover, format setiap bab, ilustrasi, bagan, foto. Kaidah penulisan buku ajar harus memenuhi prinsip well-organized, pleasant format dan helpful illustrations. Penulis buku ajar dapat berkonsultasi dengan editor penerbit untuk urusan tampilan. Toh mereka orang-orang profesional yang memang ditugaskan khusus mendesain agar buku layak jual.
  6. Integritas akademik. Nah untuk yang satu ini, jangan pernah berfikir melakukan pelanggaran etika akademi. Hindari plagiarisme. Serta sumber kutipan manakala kita mengutip pendapat atau argument orang lain. Jangan pernah lakukan copy & paste dari sumber lain untuk bahan penulisan buku ajar. Sebaiknya draft buku ajar diuji tingkat kemiripannya dengan menggunakan aplikasi software uji kemiripan, semisal Turnitin, dan beragam aplikasi sejenis baik yang berbayar maupun gratis.
  7. Cakupan utuh dan lengkap. Buku ajar yang baik harus mampu memenuhi kehausan akan pengetahuan dari para pembacanya. Bahasan materi yang diuraikan pada setiap pokok bahasan dan sub pokok bahasan tidak terlepas dari kurikulum, Rencana Perkuliahan (RPS) dan peta konsep. Buku ajar seyogianya lengkap memenuhi unsur: a) mengacu kepada capaian pembelajaran, b) kandungannya adalah materi pembelajaran atau kajian teoritik dalam ranah terkait, c) Ditulis berdasar kronologi dan memiliki keseragaman alur, d) memuat penugasan studi kasus dan project based learning, e) dilengkapi proses evaluasi, dan f) dilengkapi daftar pustaka, glosarium, dan indeks.  

Semangat menulis di kalangan dosen tentu akan meningkat manakala kolega dosen menghayati benar beragam manfaat menulis buku ajar. Jadilah dosen yang memiliki kompetensi purna: pintar mengajar, mumpuni dalam meneliti dan mempublikasi karya ilmiah serta pandai menulis buku. Dengan menulis buku, KUM dan Koin sekaligus didapat. Semoga bermanfaat [ ]  


 


Posting Komentar untuk "Tips dan Trik Sukses Menulis Buku Ajar"