Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Memaknai Kampus Sebagai Entrepreneurial University

Keberhasilan pendidikan kewirausahaan di Perguruan Tinggi (PT) sangat dipengaruhi kondisi lingkungan PT itu sendiri. Kampus harus mampu menciptakan lingkungan yang menstimuli tumbuhkembangnya semangat kewirausahaan bagi sivitas akademika. Pada saat yang sama, Perguruan tinggi dituntut mampu mengantisipasi berbagai tantangan secara arif dan bijaksana agar dapat mempertahankan keberadaannya sebagai penyedia layanan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Hal ini mendorong perguruan tinggi di dunia dan di Indonesia melakukan perubahan manajemen internal berbasis kewirausahaan atau sering dikenal dengan entrepreneurial university.

Memaknai Kampus Sebagai Entrepreneurial University
Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay


Entrepreneurial university tidak diartikan sebagai upaya universitas mengkomersialisasi kegiatan akademik, akan tetapi lebih kepada kebijakan penyelenggaraan pendidikan yang berusaha untuk memenuhi sumberdaya pengembangannya melalui usaha akademik, sehingga program-program pengembangan sustainable, produktif, kompetitif dan akuntabel ditengah minimnya dana yang dialokasikan pemerintah terhadap perguruan tinggi.

Studi yang dilaksanakan Burton R. Clark (1998) terhadap implementasi kebijakan Entrepreneurial University di beberapa universitas di Eropa menemukan bahwa karakter entrepreneurial university terletak pada 1) Kepemimpinan yang tangguh (strengthened steering core), 2) Berfokus pada pengembangan jejaring kerjasama (expanded developmental periphery), 3) Mempunyai keragaman sumber dana (Diversified base funding), (4). Penguatan kompetensi inti lembaga (stimulated academic heartland), dan 5). Integrasi budaya wirausaha (an integrated entrepreneurial culture).

Hal seperti inilah yang dikemukan oleh Clark yang mencerminkan otonomi pembenahan diri dan mempunyai keyakinan untuk mengelola institusi sendiri tanpa tergantung dari pemerintah. Secara umum, konsep yang digambarkan oleh Clark mempunyai filosofi yang mendalam mengenai entrepreneurial university tersebut.

Konsep pertama menggambarkan bahwa institusi, agar bisa bertahan harus mempunyai kepemimpinan yang tangguh dalam arti seorang pemimpin yang mempunyai karakter pribadi yang unggul, siap bersaing dalam menghadapi berbagai tantangan, tidak mudah putus asa, yang selalu berfokus pada kreatifitas, imajinatif dan tidak menunggu pada suatu kebijakan pemerintah, melainkan membuat keputusan untuk kepentingan institusi pendidikan agar tetap eksis dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencetak para generasi muda. Jika dianalogikan dengan sebuah pesawat terbang, maka kulitas pilot lah  yang menentukan dan mengendalikan apakah pesewat tersebut akan take off dan landing dengan mulus atau crash.

Konsep yang kedua dalah keharusan PT fokus pada pengembangan jejaring kerjasama dengan pihak ekternal. Fokus pengembangan yang diprakarsai oleh Clark adalah pengembangan institusi kampus dalam melakukan berbagai penelitian-penelitian yang marketable dan layanan pendidikan lainnya untuk kepentingan masyarakat dan dapat bekerjasama dengan dunia usaha agar terciptanya suatu konsensus yang saling menguntungkan.

Konsep ketiga yaitu diversifikasi sumber pendanaan, maksudnya adalah bahwa institusi kampus tidak hanya berfokus pada pendanaan dari pemerintah yang serba terbatas, atau dari kalangan mahasiswa, malainkan bisa mendapatkan pendanaan selain dari pemerintah, seharusnya pihak institusi kampus mempunyai lembaga bisnis atau ventura sebagai generating income untuk mendapatkan keuntungan dari usaha yang dikelola oleh kampus, contohnya membuat penelitian-penelitian, jurnal ilmiah yang mempunyai niai ekonomis, serta berbagai usaha-usaha yang dapat dijadikan sebagai pendapatan PT. Diversifikasi sumber pendanaan seperti ini dapat membiayai pengembangan institusi pendidikan itu sendiri. Pada saat yang sama, ventura-ventura yang didirikan dapat dijadikan sebagai wahana pembelajaran dalam pendidikan kewirausahaan.

Konsep keempat adalah stimulasi heartland akademik, artinya bahwa setiap kampus harus mempunyai budaya akademik yang baik, fokus pada core business yang menjadi keunggulan akademik PT atau fakultas, mendirikan program studi yang diminati oleh masyarakat maupun dunia usaha. Hal seperti ini sebagai salah satu stategi untuk menarik dunia usaha dan industri dalam menjalin kerjasama yang saling menguntungkan kedua belah pihak.

Konsep yang terakhir yang diutarakan oleh Clark adalah internalisasi budaya kewirausahaan di PT. Prilaku organisasi baik pada aras invidu, kelompok, dan institusi di lingkungan PT diarahkan untuk membangun budaya yang menitikberatkan pada pencapaian kualitas budaya akademik yang terbaik dan berorientasi pada kepuasan pelanggan. Pada saat yang sama, produk-produk akademik unggulan PT dapat ditawarkan kepada dunia usaha dan industri, dan selanjutnya hasil dari usaha tersebut digunakan untuk pengembangan institusi pendidikan.

Kesimpulan yang dapat dipetik adalah bahwa entrepreneurial university dikembangkan atas dasar kemampuan dan kapasitas sivitas akademika dan lembaga dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan produksi yang selalu berorientasi pada keunggulan dan semangat kewirausahaan sejalan dengan visi dan misi menuju kemandirian. Intinya, mewirausahakan kampus tidak dimaknai sebagai upaya komersialisasi akademik.

Referensi:

Burton R Clark, Creating Entrepreneurial Universities: Organizational Pathway of Transformation Oxford: IAU Press, 1998, p. 6-7 

Posting Komentar untuk "Memaknai Kampus Sebagai Entrepreneurial University"