Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Merancang Penelitian Kualitatif Yang Efektif

Sobat dunia kampus, dalam merancang penelitian kualitatif sedikitnya ada beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh seorang peneliti. Tahapan-tahapan kerja ini dilaksanakan untuk membangun acuan pendahuluan atau pra-rancangan atau pra-struktur agar seorang peneliti tidak pergi atau turun  ke lapangan dengan ’kepala kosong’. Tahapan perancangan penelitian itu dapat disusun sebagai berikut: (1) Pendahuluan atau Latar Belakang Masalah, (2) Deskripsi Teoritis, (3) Metode Penelitian, (4) Hasil Penelitian, (5) Diskusi dan Analisis Hasil Penelitian, (6) Kesimpulan dan Rekomendasi. Agar dapat lebih dipahami, ada baiknya di bawah ini diuraikan secara lebih rinci apa yang dimaksud dan apa yang harus dikerjakan oleh seorang peneliti pada tahap-tahap tersebut.

Merancang Penelitian Kualitatif Yang Efektif
Gambar oleh 200 Degrees dari Pixabay

Pertama, Pendahuluan atau latar Belakang Masalah. Pada tahap ini, seorang peneliti mengungkapkan latar belakang dari pekerjaannya untuk meneliti suatu isu atau masalah tertentu. Latar belakang harus dapat menggambarkan sesuatu pekerjaan penelitian dengan isu-isu, masalah-masalah yang relevan dan signifikan. Pada tahap ini juga seorang peneliti dapat menggambarkan gagasan-gagasan yang ada dibalik pentingnya penelitian itu dilakukan. Apa alasan-alasan pokok sehingga masalah tersebut menjadi amat menarik, penting dan mendesak untuk dilakukan penelitian.

Masalah-masalah umum tersebut dapat didreskripsikan secara garis besar dan memuat proses-proses yang terjadi di dalam masyarakat. Oleh karena itu, perlu juga diungkapkan gagasan-gagasan terhadap peristiwa yang terjadi di dalam masyarakat.

Pada tahap ini, seorang peneliti diminta untuk menguraikan dugaan-dugaan, prediksi-prediksi yang muncul di dalam masyarakat untuk menuntun peneliti kearah pembentukan kerangka teoritis baru atau kerangka kerja awal. Kerangka teoritis baru ini disajikan dengan pengungkapkan laporan awal yang pernah ada, yang berkaitan dengan pokok penelitian. Atau menguraikan catatan-catatan awal lapangan sebagai hasil pengamatan sementara, wawancara sementara atau catatan-catatan sementara dari data-data yang telah tersedia.

Pekerjaan diatas akan membimbing seorang peneliti untuk sampai kepada pengungkapan konsep-konsep kunci yang akan dipegang dan digunakan oleh peneliti di lapangan sebagai bagian tidak terpisahkan dalam membangun definisi teori dan definisi operasional dalam suatu penelitian. Dan pada akhirnya seorang peneliti, pada tahap ini, mengungkapkan tujuan dari penelitian ini. Untuk apa penelitian ini dilakukan dan manfaat apa yang hendak diperoleh dari penelitian tersebut.

Kedua, Deskripsi Teoritis. Pada tahap ini, kita diminta untuk menguraikan ’overview literature’. Teori apa saja yang telah tersedia untuk meneliti masalah pokok atau topik penelitian. Deskripsi teori juga meminta kita agar dapat mengungkapkan berbagai hasil penelitian muthakhir di dalam pokok atau topik penelitian. Sekurang-kurang teori-teori atau hasil penelitian mutakhir yang relevan dengan masalah pokok penelitian. ”Literature review should demonstrate how the research being reported related to previous research and, if possible, how it give rise to particular issues, problems and ideas that current research address”(Martyn Denscombe, 2003:293-294).

Pada tahap ini pula, kita harus dapat menggambarkan kerangka teoritis atau kerangka konseptual yang menjelaskan bagaimana hubungan antara satu kosep dengan konsep yang lain. Hubungan antara suatu teori dengan teori yang lain. Pekerjaan ini penting agar kita sampai kepada penyusunan hipotesis, proposisi, asumsi atau pertanyaan-pertanyaan penelitian (Matthew B. Miles & A. Micchael Huberman, 1992: 31-60). Proposisi, asumsi dan pertanyaan penelitian akan memudahkan seorang peneliti untuk mengidentifikasi proses-proses yang terjadi di dalam masyarakat dan memudahkan kita untuk mencari, menentukan indikator-indikator dalam penelitian.

Pada tahap ini juga seorang peneliti diminta untuk menguraikan ruang lingkup, batasan masalah penelitian. Peneliti harus menentukan fokus dari penelitiannya. Ia harus merumuskan masalah pokok penelitian sehingga rumusan masalah ini dapat menjadi kerangka acuan pekerjaan seorang peneliti di lapangan. Peneliti dapat melakukan pekerjaannya dengan fokus dan terjaga dari kemungkinan melenceng atau terombang-ambing jauh dari masalah pokok penelitiannya. Akhirnya, pada tahap ini, kita harus menyatakan bahwa penelitian yang akan dilaksanakan itu memiliki keterbatasan, baik keterbatasan yang disebabkan oleh tersedianya sumber-sumber pembiayaan, tenaga, kesempatan, maupun kendala-kendala lain yang dapat menyebabkan bahwa penelitian ini mempunyai keterbatasan.

Ketiga, Metode Penelitian. Pada poin ini, kita melakukan analisa terhadap ‘existing state of knowledge on a topic’, dan menggambarkan metode penyelidikan apa saja yang dapat digunakan untuk meneliti topik diatas. Kita harus mendeskripsikan semua procedure dan strategi penelitian yang hendak kita pakai. Ketika kita memilih suatu metode untuk penyelidikan atau metode pengumpulan data, suatu strategi penyelidikan harus ditetapkan. Penentuan pilihan terhadap metode apa harus dapat menunjukan kepada data apa yang hendak dicari atau dikumpulkan. Disamping itu, kita juga harus mempertimbangkan apakah metode yang kita pilih itu dapat dikerjakan dengan waktu yang tersedia.

Pada umumnya, penelitian kualitatif menggunakan metode observasi, wawancara, survey, penelusuran dokumen, kuesioner, studi kasus, studi lapangan, studi terhadap dokumen, photo, gambar, aturan-aturan, catatan-catatan dan rekaman-rekaman. Penentuan metode pengumpulan data semacam itu dilakukan setelah kita memperkirakan bahwa semua data yang hendak kita cari dapat dikumpulkan dengan menggunakan instrument tersebut. Pada tahap ini, seorang peneliti harus ‘memastikan’, atau memperkirakan bahwa pilihan terhadap metode penyelidikan yang hendak dipakai haruslah ‘pas’, matching’ dengan data yang kita butuhkan. Kita sering menemukan bahwa pilihan terhadap instrument atau metode penyelidikan tidak selalu pas atau matching dengan data. Akibatnya banyak data yang tidak terjaring, atau malah metodenya terlalu besar untuk ukuran data yang kita kehendaki atau sebaliknya. Kita tidak boleh terjebak seperti ‘menembak seekor lalat dengan menggunakan senjata meriam’. Kalau hal seperti ini terjadi, amat terbuka kemungkinan bahwa penelitian yang kita lakukan menjadi bias, validitasnya rendah dan tidak reliabel.

Pada tahap ini, seorang peneliti dapat saja menentukan untuk menggunakan satu atau beberapa metode penyelidikan untuk menyelidiki satu topik. Jika keputusan ini yang diambil, maka seorang peneliti harus menggambarkan bagaimana pelaksanaan atau penggunaan metode itu dilakukan atau diorganisasikan. Dalam memilih dan menentukan metode penyelidikan ada tiga hal yang harus dijawab oleh kita yakni (1) what the research is investigating, (2) how it is to be conducted, and (3) what benefits are likely to emerge from the investigation (Martyn Denscombe, 2003: 139).

Peneliti juga diminta untuk mengkonstruksikan metode-metode penyelidikan yang sudah dipilih ke dalam apa yang sering kita sebut sebagai ‘pedoman’, apakah itu pedoman wawancara, instrument-instrumen survey, pedoman observasi dan sebagainya. Semua konstruksi ini bermanfaat sebagai panduan sementara bagi seorang peneliti untuk bekerja di lapangan. Seorang peneliti tidak dapat turun kelapangan dengan pikiran dan tangan kosong. Peneliti harus memiliki gagasan-gagasan dan rencana-rencana terhadap apa yang akan dilakukannya di lapangan, walaupun rencana itu masih berada dalam pikiran. Oleh karena itu, pedoman-pedoman menjadi sangat membantu agar kita tidak kebingungan ketika berada di lapangan.  Dengan kata lain, peneliti harus mengembangkan instrumen penelitian, baik itu terstruktur maupun tidak terstruktur. Penggambaran instrumen penyelidikan sangat berguna untuk memfokuskan wawancara, observasi atau apapun pilihan metodenya, sehingga data-data dapat terkumpul dengan baik. Unit-unit analisis, jalinan-jalinan diantara unit analisis, indikator-indikator akan lebih mudah dikenali dengan mempersiapkan instrumen sementara sebagai acuan awal dalam penyelidikan.

Terlepas dari pilihan akan metode penyelidikan, pada tahap ini, kita harus dahulu menentukan populasi dan kemudian menentukan sampel penelitian kita. Kita harus dapat menentukan apakah penelitian kita ini ditujukan untuk seluruh populasi atau hanya sebagian saja, atau hanya sebuah sample yang telah dapat menunjukan keterwakilan. Disini kita harus menentukan pilihan dan menggambarkan pilihan itu. Mengapa pilihan itu diambil dan apakah pilihan itu telah memenuhi azas keterwakilan dari seluruh populasi. Jika ini dikerjakan dengan baik, penelitian kualitatif pada dasarnya merupakan suatu proses penyidikan, mirip seperti pekerjaan ditektif (Dauglas, 1976), yang mulai dari satuan unit analisa kecil, berkembang terus sampai kepada keseluruhan jaringan dapat diketahui. Peneliti melakukan penyidikan dari satu atau hal yang kecil, kemudian berkembang menjadi dua, kemudian berkembang menjadi besar, dan pada akhirnya dapat menyentuh sebagian besar atau sebagian ’dasar’ guna memperoleh jawaban terhadap permasalahan penelitian. Deskripsi terhadap sampel, teknik pengambilan sampel dan subyek yang akan diteliti harus kita lakukan.  

Keempat, Hasil Penelitian. Pada tahap ini kita ’diperkenalkan’ kepada data sebagai hasil penemuan kita di lapangan. Oleh karena itu pada tahap ini kita harus dapat menguraikan bagaimana data akan diperlakukan, diolah dan dideskripsikan. Kita akan memilah data mana yang relevan dan temuan mana yang kurang relevan, serta bagaimana kita akan perlakukan temuan itu dalam konteks penelitian kita. Disini juga kita uraikan bagaimana data-data itu akan disajikan. Apakah dalam bentuk matrik, flowchart, deskripsi, persentase, gambar dan sebagainya. Gambaran penyajian hasil penelitian akan memudahkan peneliti untuk melakukan analisa terhadap data-data yang telah diperoleh dari lapangan. Oleh sebab itu, pada tahap ini kita harus menggambarkan perkiraan untuk mempresentasikan secara umum temuan-temuan penelitian. Kita juga telah memberikan pedoman bagaimana keterkaitan antara pertanyaan penelitian dengan elaborasi hasil penelitian.

Kelima, Diskusi dan Analisis Hasil Penelitian. Pada tahap ini, kita menggambarkan bagaimana hasil penelitian itu akan dianalisa, didiskusikan. Bagaimana hasil penelitian ’diujikan’ terhadap teori, ide-ide atau gagasan-gagasan, issu-issu dan masalah-masalah  yang  ada sebelumnya. Peneliti mengungkapkan pertimbangan-pertimbangan analitis terhadap temuan hasil penelitian yang berhubungan dengan hasil studi sebelumnya. Kita juga mengungkapkan bagaimana rencana kita untuk ’fitting current research into the extant literature on the topic’ (Bruce L. Berg, 2004: 302-303). Kita juga menggambarkan rencana pendiskusian hasil penelitian terhadap hasil-hasil penelitian sebelumnya dan implikasinya kepada kebijakan, penemuan baru, teori bari, proposisi baru, hipotesa baru atau asumsi-asumsi baru.

Keenam, Kesimpulan dan Rekomendasi. Pada tahap ini, peneliti menjelaskan bagaimana kesimpulan akan disajikan dan kemungkinan manfaat penelitian bagi pengambilan kebijakan atau penelitian lanjutan dari masalah pokok penelitian yang belum dapat diselesaikan, atau bahkan memerlukan pendalaman serta penelitian lebih lanjut.

Setelah penelaahan yang lebih detail terhadap tahap-tahap pekerjaan penelitian seperti diuraikan diatas, maka secara garis besar, konstruksi tahap-tahap itu merupakan bagian yang harus dikerjakan oleh peneliti atau kita sebagai ‘proposal penelitian kualitatif’. Dengan demikian, usulan penelitian kualitatif, sekurang-kurang harus dapat memuat 6 (enam) tahap pelaksanaan penelitian, sehingga dapat menggambarkan apa yang hendak diteliti, dan bagaimana penelitian kualitatif itu hendak dijalankan. Panduan berupa usulan penelitian ini berguna sebagai dasar awal bagi peneliti untuk lebih menekuni penelitian, agar kita tidak turun ke lapangan tanpa persiapan sama sekali.

Referensi:

Denscombe, M. (2003). The Good Research Guide for Small-Scale Social Research Project. Philadelphia. Open University Press.

Miles,M.B; & Huberman,M.A. (1995). Qualitative Analysis: An Expanded Sourcebook (2nd ed). Thousand Oaks. California: Sage.

Berg,B.L. (2004). Qualitative Research Methods for The Social Sciences. Boston. Pearson.

 

Posting Komentar untuk "Merancang Penelitian Kualitatif Yang Efektif"